Home>Better Health>Kehamilan>

Pemeriksaan Kesehatan Rahim Tanpa Operasi Besar Minimal Invasif “Fertility-enhancing surgery”

Better Health

Pemeriksaan Kesehatan Rahim Tanpa Operasi Besar Minimal Invasif “Fertility-enhancing surgery”

operasi laparoskopi

Kesulitan pasangan suami istri untuk mendapatkan karunia buah hati banyak disebabkan oleh adanya gangguan anatomis yang dimiliki oleh pasangan perempuan. Namun untuk mendeteksi gangguan anatomis pada kasus infertilitas kadang menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli fertilitas dan endokrinologist.

Lokasi rahim dan indung telur yang tersembunyi didalam rongga panggul, menjadikan diagnosis kelainan anatomis tidak cukup hanya menggunakan pemeriksaan fisik dan ultrasonografis semata, akan tetapi memerlukan pemeriksaan lanjutan seperti MRI, histeroskopi dan laparoskopi. 

Dengan perkembangan teknologi saat ini, pemeriksaan endoskopi, tidak hanya dapat memberikan diagnosis yang lebih pasti, dapat juga sekaligus memberikan pengobatan yang akurat (see and treat procedure). Sehingga kini para pasutri bisa menemukan solusi terbaik demi mendapatkan buah hati bersama pasangan tanpa harus melewati prosedur yang menegangkan (laparotomy).

Dunia kedokteran telah menghadirkan metode operasi terkini (laparoscopy, hysteroscopy) yang dapat membantu menemukan serta mengatasi permasalahan kasus infertilitas tanpa harus melakukan operasi bedah yang besar (Fertility-enhancing surgery).

Apa yang Dimaksud Dengan Operasi Endoskopi?

Operasi endoskopi adalah suatu teknik operasi menggunakan optik untuk melihat lapangan operasi. Pada bidang kebidanan dan kandungan, operasi endoskopi mencakup histeroskopi, laparoskopi, fertiloskopi, fetoskopi dan kolposkopi. 

Pada operasi laparoskopi, teknik bedah minimal invasif ini memasukkan kamera kedalam rongga perut dengan menggunakan sayatan kecil berukuran 10 mm sebagai alat visualisasi lapangan operasi, serta sayatan kecil berukuran 7 mm sebagai perpanjangan tangan operator untuk melakukan tindakan pembedahan. Sebagai perbandingan sayatan minimal yang diperlukan saat tindakan laparotomi (pembedahan konvensional) adalah 10 cm (100 mm).

Teknik pembedahan lain yang sangat handal dalam mendeteksi kelainan yang terdapat dalam rongga rahim adalah histeroskopi. Dalam histeroskopi, kamera digunakan untuk melihat kondisi dalam rahim (cavum uteri), sehingga kelainan-kelainan skala mikro (micropolyps, endometritis, adhesion) dapat dideteksi dengan mudah sekaligus dapat dilakukan perbaikan dalam satu kesempatan (see and treat). 
 
Berbeda halnya dengan kolposkopi, disini digunakan kekuatan optik pembesaran dalam pemeriksaan kondisi mulut rahim. Dengan metode ini, ketepatan diagnosis kelainan dalam mulut rahim dapat terdeteksi lebih akurat. 

Apa saja yang dapat dilakukan pada Operasi Laparoskopi?

Penggunaan alat laparoskopi dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di dalam abdomen, seperti masalah pencernaan, ginjal - saluran kemih, serta sistem reproduksi wanita.

Metode ini telah banyak membantu pasangan dalam mengidentifikasi adanya permasalahan kesuburan sehingga dokter dapat menentukan rencana kehamilan terbaik dan peluang untuk mencapai kehamilan menjadi semakin lebih baik 

Penggunaan laparoskopi dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan pengobatan kelainan seperti:

  • Kelainan bawaan pada rahim, saluran tuba, dan ovarium
  • Infeksi pada rongga panggul atau penyakit radang panggul
  • Tumor jinak ovarium seperti kista ovarium, dermoid, endometriosis
  • Tumor jinak rahim: mioma uteri, adenomiosis
  • Kehamilan ektopik
  • Kanker kandungan: termasuk kanker ovarium, rahim, dan leher rahim.

Persiapan Operasi Laparoskopi

Sebelum operasi laparoskopi dilakukan, dokter biasanya akan meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan pencitraan terlebih dahulu. Hal ini untuk menentukan apakah Anda membutuhkan operasi laparoskopi atau tidak. Jika hasil pencitraan tidak menunjukan hasil yang konklusif, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan operasi laparoskopi.

Pada hari penjadwlan operasi, dokter akan meminta untuk mengosongkan kandung kemih dan saluran pencernaan, serta melakukan puasa selama 8 jam dan tidak boleh mengonsumsi makanan dan minuman apapun sebelum operasi.

Seperti Apa Prosedur Operasi Laparoskopi?

Proses pelaksanaan operasi laparoskopi biasanya hanya membutuhkan waktu sebesar 30 - 60 menit sangat tergantung dari diagnosis awal dan rencana tindakannya. Anda akan akan diberikan obat anestesi sehingga tidak akan merasakan rasa sakit selama operasi berlangsung.

Dokter akan memulai operasi dengan membuat sayatan kecil di area umbillicus atau perut sebesar 7-10 mm (optic trocar). Sayatan ini memungkinkan dokter bedah untuk memasukan alat optik laparoskopi (laparoscope) ke dalam perut serta tabung yang dapat memompa perut dengan gas sehingga dokter dapat melihat bagian isi perut dengan jelas.

Alat laparoskopi sendiri dilengkapi dengan kamera di ujungnya yang berguna untuk mengambil gambar jelas. Dokter akan memeriksa beberapa bagian dalam perut untuk mencari adanya kelainan atau masalah yang harus ditangani (diagnostic laparoscopy). Jika menemukan masalah yang bisa ditangani, maka dokter kemungkinan akan membuat beberapa sayatan kecil (working trocar – 7 mm) lagi untuk menangani masalah tersebut.

Setelah proses pembedahan selesai dilakukan, gas dan alat kemudian dikeluarkan dan dokter akan menutup sayatan melalui jahitan. Setelah itu Anda akan dibawa ke ruang pemulihan dan dokter akan memantau perkembangan kondisi Anda setelah operasi selama semalaman. Setelah proses pemulihan selesai, maka Anda akan diperbolehkan untuk pulang.

Apa Efek Samping Operasi Laparoskopi?

Ada beberapa risiko atau efek samping yang mungkin terjadi setelah operasi laparoskopi dilakukan, namun besar persentase risiko tersebut diketahui sangat kecil untuk terjadi. Risiko ringan yang mungkin terjadi seperti:

  • Infeksi
  • Pendarahan kecil dan memar di sekitar sayatan
  • Mual dan muntah
  • Perut terasa kembung
  • Reaksi ringan terhadap anestesi

Dan beberapa risiko yang lebih berat seperti:

  • Perdarahan dan potensi kebutuhan untuk transfusi darah
  • Cedera struktur internal, seperti pembuluh darah, lambung, usus, kandung kemih, atau ureter
  • Pembekuan darah di pembuluh darah (thrombosis, emboli)
  • Komplikasi yang timbul dari penggunaan gas karbon dioksida (subcutaneous emphysema)
  • Reaksi alergi yang parah dari obat anestesi

Hal Apa yang Perlu Diperhatikan Setelah Operasi Laparoskopi?

Setelah operasi laparoskopi, biasanya Anda bisa kembali beraktivitas secara normal setelah beristirahat selama 1 - 2 hari. Akan tetapi, beberapa gejala mungkin masih akan dirasakan karena efek dari pasca operasi, seperti:

  • Kelelahan
  • Perut kembung
  • Nyeri bahu dan punggung
  • Rasa sakit di area jahitan sayatan

Gejala-gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya dengan beristirahat dan mengonsumsi obat resep yang diberikan dokter. Akan tetapi jika gejala tak kunjung hilang setelah 3 hari atau bahkan bertambah, segera konsultasikan diri Anda ke dokter kembali.

Dokter Spesialis Apa yang Mengerjakan Operasi Laparoskopi?

Untuk berkonsultasi mengenai operasi laparoskopi, Anda dapat menemui Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Sp.OG), mereka juga akan membutuhkan bantuan Dokter Anestesi dalam proses pelaksanaan operasinya.


Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait masalah kesehatan di Eka Hospital bisa buat janji melalui layanan Appointment Center Eka Hospital di 1-500-129 atau buat janji konsultasi dengan dokter via booking dokter Eka Hospital

Bagikan

EKA HOSPITAL

APPOINTMENT CENTER

menu1-500-129

Jam Operasional Layanan Telepon 06:00 - 22.00 WIB

Layanan Booking Mandiri 24 jam via Website

Copyright © 2025 Eka Hospital - All Rights Reserved