close

Layanan Lainnya

  • logo
    Cari
    Dokter
  • logo
    Layanan Emergency
  • logo
    Layanan Telepon
  • logo
    Paket Kesehatan
  • logo
    Informasi Rumah Sakit
  • logo
    Pusat Unggulan
  • logo
    Whatsapp Eka Hospital
Better Health

Primary PCI

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Serangan jantung (myocardial infarction) dengan ST-segment elevation merupakan manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner ini. Kebanyakan pasien meninggal karena keterlambatan penanganan dan tindakan terhadap serangan ini. Kecepatan waktu penanganan sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat kematian pada pasien akibat serangan jantung ini.

Banyak sumber menyebutkan bahwa penanganan dengan fibrinolytic therapy merupakan cara tercepat untuk menghentikan serangan jantung pada pasien sebelum dilakukan tindakan lebih lanjut. Akan tetapi, publikasi terbaru menyebutkan bahwa tindakan Primary PCI atau Primary Percutaneous Coronary Intervention yang dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 12 jam, mulai dari saat pasien mengalami serangan jantung sampai dilakukan tindakan adalah penanganan terbaik bagi pasien yang mengalami serangan jantung dengan ST-segment elevation. Bahkan idealnya tindakan door to balloon atau tindakan mulai dari pasien masuk pintu IGD sampai dilakukan pemasangan balloon adalah 90 menit atau kurang. Hasil studi GUSTO II menyebutkan bahwa resiko kematian dan serangan jantung berulang pada pasien yang mendapatkan fibrinolytic therapy adalah 13.7%, sedangkan pada pasien yang mendapat tindakan primary PCI adalah 9.6%. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa Primary PCI dapat menurunkan resiko kematian dan serangan jantung berulang.

Apa itu PCI?

PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau yang dikenal juga dengan coronary angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka penyempitan (stenotic) pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibat dari penumpukan kolesterol ini, aliran darah menjadi tidak lancar dan fungsi jantung menjadi terganggu sehingga berpotensi menyebabkan serangan jantung. PCI dilakukan dengan memasukkan catheter yang telah dilengkapi dengan balloon khusus dan stent yang akan diarahkan ke titik terjadinya penyumbatan di dalam pembuluh darah arteri untuk membuka penyumbatan tersebut dan mengembalikan aliran pembuluh darah arteri ke jantung. Tindakan PCI ini biasanya dilakukan oleh interventional cardiologist. Dengan dilakukannya primary PCI, gejala dari penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada (angina), sesak nafas (dyspnea), dan congestive heart failure dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan.

Prosedur

Istilah balloon angioplasty yang umumnya digunakan untuk mendeskripsikan PCI merupakan metode pemompaan balloon di dalam pembuluh darah arteri untuk menghancurkan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah dan atau dapat juga disertai dengan tindakan lain yaitu pemasangan stent sesuai dengan indikasi sumbatan yang didapatkan.

Dibandingkan dengan metode konservatif yaitu dengan fibrinolytic therapy (thrombolytic therapy), primary PCI lebih efektif dalam penanganan myocardial infarction dengan ST-segment elevation. Fibrinolytic therapy memiliki beberapa keterbatasan, yaitu pertama, beberapa pasien myocardial infarction memiliki kontraindikasi dengan fibrinolisis. Kedua, adakalanya thrombolysis tidak muncul pada pasien yang diberi terapi ini, dan ketiga adalah kemungkinan munculnya serangan jantung kembali walaupun setelah melakukan terapi ini. Keterbatasan-keterbatasan ini dapat diminimalisasi dengan primary PCI. Berdasarkan hasil CADILLAC trials, diketahui bahwa sebanyak 40.8% pasien dengan fibrinolytic therapy memiliki resiko mengalami restenosis, sedangkan dengan tindakan primary PCI resikonya turun menjadi 22.2%.

Resiko

Tindakan angioplasty juga bukan tanpa resiko. Pasien umumnya dalam keadaan sadar saat tindakan dilakukan dan rasa tidak nyaman pada dada mungkin dirasakan selama tindakan berlangsung. Pendarahan pada titik insersi umum terjadi dan kadang juga timbul memar atau hematoma. Reaksi alergi terhadap contrast dye yang dipakai juga mungkin terjadi. Tetapi, yang patut diwaspadai adalah resiko komplikasi serius yang mungkin terjadi seperti stroke, ventricular fibrillation (VF) atau ventricular tachycardia (VT), serangan jantung, dan aortic dissection. Resiko komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada:

  • seseorang berusia 75 tahun ke atas
  • seseorang yang pernah menderita sakit ginjal atau diabetes
  • orang dengan kemampuan pompa jantungnya lemah
  • orang yang pernah menderiat sakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah sebelumnya.

Source:

1.    Ellen C. Keeley, M.D., L. David Hillis, M.D. 2007. Primary PCI for Myocardial Infarction with ST-Segment Elevation. N Engl J Med (356) 47-54.

2.    http://en.wikipedia.org/wiki/Percutaneous_coronary_intervention

Dokter Terkait

dr. Haryadi, Sp.JP (K) FIHA

Kardiologi Intervensi

hospital EKA Hospital Pekanbaru

dr. Ika Komar Dhanudibroto, Sp.JP (K)

Kardiologi Intervensi

hospital EKA Hospital Bekasi

dr. Zakky Hazami, Sp.JP-FIHA

Jantung & Pembuluh Darah

hospital EKA Hospital Cibubur

Informasi Terkait

Tindakan CRT untuk Aritmia Jantung di Eka Hospital

Nyeri pada Dada, Apa Pertanda Serangan Jantung?

Mengenal Aritmia: Jenis, Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

close

Buat Appointment

Sejalan dengan komitmen kami untuk memberikan service of excelent, kami menawarkan pilihan kemudahan dalam pembuatan Appointment sesuai dengan kenyamanan Anda.

  • Alodokter
    Buat janji melalui

    Alodokter

  • Whatsapp Eka Hospital
    Buat janji melalui

    Whatsapp Eka Hospital

logo