Oleh Dr. Simon Salim. Sp.PD - KKV, Mkes, AIFO, FINASIM, FACP, FICA
Terapi Resinkronisasi Jantung (TRJ) atau Cardiac resynchronization therapy (CRT) adalah pemasangan alat (biventricular pacemaker) pada jantung Anda untuk menjaga ruang-ruang jantung Anda berkontraksi dengan teratur. Alat ini mengirim sinyal listrik kecil ke kedua ruang bawah jantung (ventrikel) untuk membantu ventrikel berdenyut serentak dalam pola yang lebih tersinkronisasi.
BACA JUGA : Mengatasi Aritmia, Penyakit Gangguan Irama Jantung pada Kehamilan
Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan jantung untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh Anda. Terkadang, alat ini juga digabungkan dengan defibrillator kardioverter implant (DKI) sehingga dapat memberikan kejut jantung apabila terdapat irama jantung yang berbahaya.
CRT telah terbukti dapat mengurangi gejala dan menurunkan angka kematian pada pasien gagal jantung kronik yang memiliki indikasi pemasangan.
Cara Kerja CRT
CRT bekerja dengan menggunakan alat pacu jantung biventrikuler yang mengirimkan sinyal listrik ke kedua ventrikel jantung untuk berdenyut secara bersamaan, sehingga dapat memaksimalkan jumlah darah yang dipompa jantung Anda.
Ada dua tipe alat terapi resinkronisasi jantung :
1. Terapi resinkronisasi jantung dengan alat pacu jantung (CRT-P)
Alat ini bekerja dengan mengkoordinasikan kontraksi atau denyutan dari ruang jantung atas (atrium) dan bawah (ventrikel), serta menyetarakan denyutan ventrikel kanan dan kiri.
2. Terapi resinkronisasi jantung dengan alat pacu jantung dan DKI (CRT-D)
Alat ini memiliki fungsi pacu (pacing) serta kejut jantung (defibrilasi). DKI dapat mendeteksi irama jantung yang berbahaya dan mengirim kejutan listrik apabila terdapat irama jantung yang berbahaya.
Siapa saja yang memerlukan CRT?
Terapi resinkronisasi jantung (CRT) biasanya dilakukan pada orang dengan gagal jantung yang ventrikel kanan dan kirinya tidak dapat bergerak serentak. Pada penderita gagal jantung, otot ventrikel jantung mereka melemah sehingga tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
Hal ini juga diperberat dengan hilangnya koordinasi kontraktilitas dari otot jantung sehingga kedua ventrikel tidak mampu berdenyut secara serentak. Pada kondisi tersebut, pasien sering mengalami sesak nafas saat beraktivitas serta tidak bisa tidur terlentang karena sesak dan bengkak pada kedua kaki akibat bendungan yang terjadi setelah kekuatan pompa jantung menurun.
Apabila penggunaan obat-obatan tidak dapat mengurangi gejala-gejala tersebut, maka dokter Anda akan mempertimbangkan penggunaan CRT.